JA

Bambang Eko Budhiyono

di poskan oleh Marjuni AryoBilaga
Dr. Ir. Bambang Eko Budhiyono, M.Sc (Alm.) adalah salah seorang pemikir In­donesia dalam bidang sains dan teknologi yang tekun namun cenderung "melawan arus". Almarhum pernah menjadi dosen di almamaternya (Institut Pertanian Bogor - IPB) namun diberhentikan karena "kecemerlangan" dan konsistensinya mempertahankan ide. Master dalam bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan ini menyukai astronomi sebagai hobi dalam hidupnya selain komputer.
Sempat menjadi pengajar dan pengurus di beberapa Pondok Pesantren, antara lain Ponpes Darunnajah, Cipining - Bogor, Yayasan Sumberdaya Islami dan Pusat Pembinaan Iman dan Amal Sholeh.
Selain buku yang anda baca ini, almarhum pernah membuat buku dan program komputer, antara lain; Computer Simulation Modeling for Erosion and Sedimentation Control in Upper Reservoir Catchment" (1982), The Ten Commandments in System Theory (1982), EIASys: An Integrated Computer Program for Environmental Impact Assessment (1990), dsb.
Sejak berhenti mengajar, almarhum hilir-mudik menjadi konsultan namun tidak mengurangi minatnya mengkaji ayat-ayat kauniyah-Nya yang tersebar di seluruh alam. Sebagai konsultan internasional, sering almarhum berhubungan dengan dunia kapitalis yang mengancam idealismenya. Namun sampai akhir hayatnya alhamdulillah almarhum masih tetap, konsisten.

Teks Menara Jam Makkah Menara Jam Makkah Mengubah Acuan Waktu dari GMT ke Makkah


siapapun yang menginjakkan kakinya di Makkah hari-hari ini akan mendapatkan suasana yang sangat berbeda. Selain bangunan besar hotel dan pertokoan yang dahulu mengelilingi Masjid Al Haram, telah dipugar, juga kesibukan pembangunan di sekitar Masjid Al Haram, yang seperti tak mengenal waktu. Bila sebelumnya Masjidil Haram dikelilingi bukit berbatu, sekarang mulai dikelilingi hotel-hotel pencakar langit. Hotel itu bisa digunakan untuk menampung umat Islam yang menunaikan ibadah haji dan umrah tiap tahun. Ada yang mengatakan, bila upaya ini telah rampung, kuota haji pun bakal dihapus.
Salah satu proyek besar yang kini tengah dikerjakan Kerajaan Saudi Arabiya di Makkah adalah, proyek pembangunan menara bernama Abraj Al Bait, yang salah satunya disebut Burj Sa'ah Makkah Palace, atau lebih popular disebut Menara Jam Makkah. Menara ini merupakan sebuah kompleks bangunan yang terletak di Kota Mekkah, dirancang oleh para arsitek dari Dar Al Handasah Architects dan pelaksanaan pembangunannya dilakukan oleh Saudi Bin Laden Group dengan menghabiskan dana lebih dari 3 milyar dollar. Itulab sebuah proyek besar yang diarahkan sebagai langkah pertama mengganti acuan waktu Greenwich dengan acuan waktu Makkah. Juga, agar kota suci itu besar-besar menjadi kiblat dan petunjuk waktu bagi lebih dari satu milyar Muslim di dunia.
Kini, pembangunan Menara Jam Makkah memasuki hari-harinya yang paling sibuk. Kerajaan Saudi sedang merampungkan proses memasang jam khusus berukuran raksasa, di atas menara tertinggi dan terbesar di dunia, dan bersebelahan dengan Masjidil Haram. Mohamad Al-Arkoubi, Wakil Presiden dan General Manager Hotel Burj Sa'ah Makkah Palace yang menghadap ke Masjidil Haram" mengatakan, "Bagian pertama dari hotel akan dibuka pada akhir Juni depan dan penyempurnaan jam tersebut akan dirilis pada akhir Juli, sebelum bulan suci Ramadan. "Secara tegas ia menyatakan, tujuan pembangunan proyek raksasa ini adalah untuk memulai mengubah acuan waktu “dari Greenwich ke Makkah”.
Terdapat tujuh menara dengan satu menara yang memiliki ketinggian di atas 6 menara lainnya dan dikhususkan untuk apartemen. Di dalam menara-menara itu nantinya juga akan dibuat sebuah museum Islam, dan observasi astronomi yang digunakan untuk tujuan ilmiyah internasional dan religius. Juga akan segera ditayangkan film dokumenter terkait pernbuatan jam produk Jerman yang diletakkan di kepala menara tertinggi. Selain itu, menara-menara tersebut juga akan diisi dengan empat lantai pusat perbelanjaan, ruang konferensi, dan fasilitas lain. Konstruksi Menara Abraj Al Bait ini sebenarnya sudah dimulai pembangunannya sejak tahun 2004, dan secara bertahap ketujuh menara ini akan selesai pada tahun 2010 ini. Menara-menara itu diperkirakan memiliki sekitar 3000 kamar dan apartemen. Dan jika jumlah lantai di seluruh kompleks menara ini dihitung semua, make jumlah total lantai diperkirakan mencapai 1.455.000 m2 dan akan menjadi bangunan dengan jumlah lantai terluas di dunia, mengalahkan The Venetian Macao, Makau, China yang menjadi pemegang rekor hingga saat ini.
Dalam konferensi pers di Dubai, Arkoubi menguraikan lebih detail soal menara itu. Panjang struktur beton menara utama jam Mekah adalah 662 meter sedangkan panjang struktur baja, yang di atasnya 155 meter, dengan demikian menjadi menara beton tertinggi di dunia dan menara kedua tertinggi jika strukturnya, setelah Menara Khalifa di Dubai. Dengan panjang jam yang akan dipasang adalah 45 meter sedangkan lebarnya 43 meter, menurut Arkoubi, itu adalah jam terbesar di dunia karena enam kali lebih besar dari Big Ben di London, dan akan dihubungkan ke pusat pewaktuan terbesar di dunia, termasuk London, Paris, New York, dan Tokyo.
Menara Jam Makkah, akan tetap bisa dinikmati ketika malam. Bahkan di waktu malam, Menara akan bisa terlihat dalam radius yang lebih jauh daripada ketika siang hari. "Kita bisa melihat jam dan mengetahui waktu dari jarak 17 km dari menara di waktu malam ketika jam memunculkan cahaya putih dan hijau. Tapi, jam besar ini bisa dilihat dari jarak sekitar 11 atau 12 km di waktu siang ketika jam berwarna putih," ujar Arkoubi. Proyek ini, tambah Arkoubi, mempekerjakan lebih dari 7000 orang yang terbagi di beberapa menara, yang kamarnya menghadap ke arah Masjid Al Haram.
Menjawab Pro Kontra Menara Jam
Akan tetapi, proyek menara pencakar langit ini juga mengundang pro dan kontra. Kelompok yang kontra menganggap bahwa pembangunan menara setinggi itu akan mengangkat simbol materialisme yang mengalahkan simbol spiritualisme atau ruhani bagi kota suci Makkah. Mereka juga mengkritik hotel-hotel mewah yang
menggusur hotel-hotel kecil. Hotel-hotel mewah yang berdampingan dengan Masjid Al Haram itu menurut mereka, pasti hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya, dan sangat tidak mungkin dinikmati oleh orang-orang fakir miskin. Terlebih, orangorang menengah ke bawah itulah yang banyak menginap di masjid seat melakukan manasik haji di tempat yang kumuh atau tanpa atap sekalipun.
Tapi Arkoubi memiliki jawaban terhadap kritikan itu. Menurutnya, "Misi kerajaan adalah bagaimana bisa menampung sepuluh juta orang bermukim di Makkah pada waktu yang sama di tahun 2015. Mengapa harus seperti itu, karena melihat peningkatan jumlah umat Islam dunia dan meningkat tajamnya kunjungan ibadah haji dan umrah dari tahun ke tahun." Menurut Arkoubi lagi, target menampung sepuluh juta orang bermukim di waktu yang sama di Makkah itu tak mungkin tercapai tanpa membangun gedung-gedung hotel pencakar langit yang memiliki ruang kamar yang cukup untuk para tamu Allah. Ia pun menjelaskan, "Jadi, luas kota Makkah yang dikelilingi oleh pegunungan itu sangat kecil. Sementara para jamaah haji dan umrah sangat ingin tinggal di dekat dengan Masiidil Haram. Bahkan di antara para tamu Allah, ada juga ingin adanya hotel-hotel yang khusus untuk penduduk asal negara yang sama.
Awalnya, Penemuan Makkah sebagai Pusat Bumi
Isu terkait Jam Makkah, mulai santer dibicarakan sejak bulan April 2009, bertepatan dengan sebuah konferensi ilmiyah yang menegaskan Makkah sebagai pusat bumi. Ketika itu, penemu jam Makkah asal Palestine, bernama Yasin a-Shouk yang mengatakan, "Jam Makkah bergerak berlawanan dengan arah jarum jam sebagaimana rotasi tawaf keliling Ka'bah", merasa yakin bahwa penemuannya itu makin sulit dibantah. Setelah berbagai ahli ilmu bumi berkumpul dan memutuskan bahwa Makkah, tempat Ka'bah berada, sebagai `pusat bumi`, maka penemuan Yasin a-Shouk pun semakin kuat. Ia mengatakan, membutuhkan waktu 4 tahun untuk menjadikannya sulit dibantah.
Make, upaya pembangunan menara jam terbesar di dunia, terus dilakukan. Posisinya di samping Masjid Al Haram, Makkah Mukarramah. Kini, yang tersisa tinggal menyempurnakan letak jam besar yang ada di tempat tertinggi dari menara. Berhasilkah langkah strategis pembuatan Menara Jam Makkah ini, mengubah acuan waktu dunia dari Greenwich? []
Sebuah Jawaban, Mengapa Makkah disebut Ummul Oura?
Mengapa Makkah disebut dalam Al Quran dengan istilah "Ummul Quro" (ibu atau induk dari kota-kota)? Mengapa juga, Allah swt menyebut daerah lain selain Makkah dengan kalimat "maa haulahaa" (negeri-negeri sekelilingnya)? Bila ditilik secara bahasa saja, kata Umm yang artinya ibu adalah sosok yang menjadi sumber keturunan. Make bila Makkah disebut sebagai Ummul Qura, artinya Makkah adalah sumber dari semua negeri lain.
Pertanyaan dan kajian seperti ini, sedikit sedikit kini mulai terjawab melalui berbagai penemuan ilmiyah. Sesungguhnya, tahapan eksperimen tentang hal ini, sudah dipublikasikan di tahun 1978, melalui keterangan Dr. Husain yang kala itu menjadi Kepala Bagian Ilmu Ukur Bumi di Universitas Riyadh, Saudi Arabiya. Hasil studi itu kemudian diterbitkan pula di berbagai majalah sains di Barat. Bersama rekan-rekannya, Dr. Husain menemukan bahwa ditilik dari sudut ilmu geografi (ilmu bumi) dan geologi (ilmu tanah), terbukti bahwa Makkah adalah adalah pusat bumi.
Lalu, tahun 2009, hasil penemuan ilmiyah itu kembali dipublikasikan dalam sebuah konferensi ilmiyah bertajuk "Makkah sebagai Pusat Bumi: Teori dan Praktik." Konferensi yang digelar di Dhoha, Qatar itu memperkuat hasil penemuan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Konferensi itu lalu menelurkan rekomendasi yang berisi ajakan agar umat Islam mengganti acuan waktu dunia yang selama ini merujuk pada Greenwich, menjadi Makkah.
Banyak argumentasi ilmiah membuktikan wilayah nol bujur sangkar melalui kota Makkah dan tidak melewati Greenwich di Inggris. Makkah berada di titik lintang yang persis lurus dengan titik magnetik di Kutub Utara. Kondisi ini tak dimiliki oleh kota-kota lain, bahkan Greenwich yang ditetapkan sebagai meridian nol.
Konon, Greenwich Mean Time (GMT) dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Dan jika penemuan ilmiyah bahwa Makkah sebagai pusat bumi diterapkan, mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat, sekaligus akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade lalu tentang rujukan waktu. dunia.[]

Menyambut Ide Mecca Mean Time (MMT)

Tanggal 1 Ramadhan 1431 Hijriah (11 Agustus 2010) bakal menjadi tonggak historis dunia. Hari itu, lonceng terbesar di jagat raya ini berdentang di Mekah. Genta berdiameter 40 meter tersebut terpasang di “The Abraj al-Bait Towers” setinggi 601 meter. Tinggi total lonceng sampai bagian berbentuk bulan sabit mencapai 251 meter. Genta Abraj al-Bait berwujud kubus empat sisi selebar 46 meter. Bahannya terdiri atas ubin gabungan berteknologi mutakhir. Instalasi jam dengan empat sisinya diracik Premiere Composite Technologies, perusahaan Dubai milik Jerman. Di bagian atas empat sisi lonceng tertera aksara Hijayyah berbunyi “Allahu Akbar”. Sedangkan puncak genta bergambar bulan sabit berbahan emas dengan diameter 23 meter.





Genta Abraj al-Bait menggunakan tempo Arabia Standard Time, tiga jam lebih cepat dibandingkan Greenwich Mean Time (GMT). Di bawah lonceng terdapat balkon luas untuk menikmati pemandangan. Serambi yang menghadap ke arah Masjidil Haram tersebut dilengkapi dua elevator. Selain itu, terdapat observatorium bintang. Kemudian museum Islam bertingkat empat. Secara keseluruhan, menara Abraj al-Bait diisi hotel berikut apartemen dengan 3.000 kamar. Kompleks punya tiga hotel top-class yaitu Fairmont, Raffles serta Swiss Hotel. Sementara apartemen mewah dirancang memiliki pemandangan langsung ke Masjidil Haram.

Abraj al-Bait dilengkapi pula musala, mal berlantai lima, pusat konferensi yang serba modern dan ruang parkir yang menampung seribu mobil. Segenap kapasitas kompleks setara 1,5 juta meter persegi. Genta Abraj al-Bait merupakan proyek Kementerian Agama Arab Saudi. Anggarannya mencapai 800 juta dolar AS. Bin Laden Company menjadi pengembang. Sedangkan proyek didesain oleh para insinyur dari Jerman serta Swiss. Mereka membawahi sejumlah ahli dari beberapa negara, khususnya Eropa.


Keanehan GMT

Genta Abraj al-Bait fenomenal bukan karena mengungguli Big Ben di London, Inggris. Lonceng yang menjadi atap Cevahir Mall di Turki dengan diameter 35 meter, juga bukan tandingannya. Kehadiran genta Abraj al-Bait justru merefleksikan hasrat umat Islam demi mewujudkan waktu Mekah alias “Mecca Mean Time”. Selama ini, penduduk planet biru memakai GMT sebagai standar waktu universal.

GMT menjadi acuan dasar dimulainya sebuah hari di dunia. Perhitungan waktu semua negara mengacu pada Greenwich. Kota di sebelah tenggara London tersebut dipropagandakan sebagai titik nol derajat. Penentuan titik itu buat memudahkan ukuran waktu perjalanan sekaligus komunikasi antar-negara.

Sejumlah negara yang dilewati garis meridian (titik temu garis lintang serta garis bujur pada 0 derajat) turut mengklaim diri sebagai titik nol derajat. Amerika Serikat maupun Prancis menegaskan jika wilayahnya merupakan daerah meridian utama.

Pada 1884 di Washington, diselenggarakan muktamar meridian internasional. Konvensi dihadiri 41 delegasi dari 25 negara. Greenwich akhirnya terpilih sebagai zona tunggal meridian utama. Prancis tak rela mengakui GMT. Bangsa Franka tetap menggunakan Paris Mean Time. Prancis akhirnya luluh. Pada 1911, negara tersebut memakai GMT.

Penunjukan Greenwich tidak lepas dari muslihat Charles F Dowd (1825-1904). Ia warga Greenwich yang hijrah ke AS. Alasan Dowd adalah Greenwich punya observatorium tertua di dunia. Kejanggalan GMT yakni awal hari atau pukul 00.00 di tengah malam tak dimulai dari Greenwich. Inggris ogah dikaitkan dengan kegelapan malam. Maklum, the sun never sets in the British Empire (mentari tidak pernah tenggelam di Inggris).

GMT membelah bola bumi menjadi dua. Pertama, meridian 0-180 derajat Greenwich ke arah Barat alias Bujur Barat. Kedua, meridian 0-180 derajat Greenweich ke arah Timur atau Bujur Timur. Bumi lalu dipilah menjadi 24 wilayah waktu. Tiap meridian 15 derajat berbeda waktu satu jam. Kini, GMT menjadi pijakan kepentingan bisnis, navigasi dan sebagainya.

Penetapan awal hari pun teramat membingungkan. Hari dimulai pada pukul 00.00 atau di tengah malam. Kita pasti geli mendengar penyiar televisi menyapa pemirsa dengan ucapan “selamat pagi”. Padahal masih dini hari!

Awal hari dalam kalender Islam dimulai pada Maghrib. Faktor ilmiahnya ialah awal bulan yang menjadi hari pertama menurut sistem Qamariah (Hijriah) ditetapkan lewat kemunculan hilal (bulan sabit alias bulan baru). Bila hilal yang berbentuk bulan sabit telentang (melengkung dengan puncak lingkaran di bawah) sudah tampak, berarti tanda awal bulan telah terjadi. Dengan demikian, awal hari dimulai pada petang, bukan di tengah malam buta!

Pada 2008, digelar konferensi di Doha, Qatar. Ulama bersama cendekiawan Muslim mempresentasikan jika Mekah merupakan garis bujur global sejati. Peneliti Mesir Abdul Basit as-Sayyid menandaskan kalau Mekah cocok sebagai episentrum dunia. Mekah dianggap distrik tanpa energi magnetik. Hatta, orang yang bermukim di kota suci itu lebih sehat. Pasalnya, efek gravitasi minim.

Sekarang, maukah kaum Muslim mendukung lonceng Abraj al-Bait sebagai Mecca Mean Time. Adakah tekad baja di hati mengusung Ka’bah sebagai sistem tata waktu semesta (Ka’bah Universal Time).

Wajib dipahami bila Ka’bah adalah pusat urusan dunia bagi manusia sebagaimana teks al-Maidah 97. Ayat tersebut merekomendasikan jika Ka’bah tiada lain lembaga kesejahteraan bagi manusia, bukan cuma pengikut Nabi Muhamamad. Aspek itu menerangkan kalau Ka’bah pun pedoman bagi golongan non-Muslim.

Proyek “Mecca Mean Time” menjadi contoh aktual. Gagasan menjadikan Mekah sebagai patokan waktu, tentu bakal menuai hujatan serta gugatan. Gerombolan penentang siap menghadang penahbisan Ka’bah sebagai zona waktu utama di dunia.

Jam Hijriyah


Oleh E Darmawan Abdullah
PADA tanggal 1 Rama­dhan 1431 H dunia Islam dan juga seluruh umat manusia di dunia di hen­takkan oleh sebuah be­rita tentang telah terpa­sangnya sebuah jam ter­besar di dunia di Abraj al-bait Tower, di kota Makkah al-Mukaromah, Saudi Arabia.
Mengapa? Sebab konseptor hitu­ngan waktu yang kita sebut, "Jam" adalah umat Islam, pada zaman kekha­lifahan dahulu. Dan itu artinya, umat Islamlah yang lebih dulu melengkapi konsepsi penanggalan Hijriyah dengan satuan waktu jam. Sehingga semes­tinya kita juga yang menggagas koor­dinat waktu Makkah Mean Time (MMT) bagi jam yang berlaku di seluruh dunia." Bukan GMT.
Padahal, benarkah bahwa di dunia ini tidak ada lagi jam selain konsepsi jam konvensional? Benarkah jam kon­vensional itu adalah jam yang terbaik? Serta benarkah bahwa konsepsi jam Masehi itu sudah Allah- SWT sahkan? Ternyata dari ke tiga pertanyaan itu, jawabannya ialah tidak benar semua. Sebab sebenarnya ada lagi konsepsi jam selain jam konvensional, yaitu konsépsi jam Islam. Jam yang terbalik itu bukanlah jam konvensional, melainkan jam Islam. Dan juga jam kon­vensional itu konsepsi jamnya tidak dianggap sah konsepsinya oleh Allah SWT. disebabkan konsepsi jamnya berlawanan dengan pola waktu yang telah Allah rancang.
Fakta bahwa kita memiliki jam Islam ini, tentu sangat mengagetkan. Hampir tidak percaya. Mengapa? Semua itu akibat dari mata rantai jam Islam yang dulunya ada tapi kemudian terputus. Jam Islam yang dahulu sudah dirancang para ilmuwan dan ulama­ulama kita pada zaman kekhalifahan telah diputuskan mata rantainya oleh arus deras kekuatan peradaban Ma­sehi. Sehingga yang kita terima kemu­dian ialah konsepsi jam Masehi yang notabene merupakan pelengkap wak­tu bagi penanggalan umat Nasrani.
Adakah jam Islam itu? Belasan tahun yang lalu, entah mengapa penulis meyakini bahwa kita sebagai umat Islam pasti punya konsepsi jam Islam. Hal itu didasari dari pernyataan Allah SWT di dalam surat al-Maidah (5) ayat 3. Bahwa Allah telah menyempurna kan ajaran dienul Islam ini.
Surat al-Maidah ayat 3, bahwa Islam itu sudah Allah SWT sempur­nakan ajarannya. Dan itu berarti aspek apa pun pasti Allah telah ajarkan semua. Termasuk dalam hal ini adalah

konsepsi waktu dalam satuan "jam".
Sebab jika Allah tidak mengajarkan tentang konsepsi jam, hanya sebatas penanggalan Islamnya saja, maka al- Qur'an kita berarti tidaklah lengkap. Karena satuan waktu di dalam ruang dan waktu di bumi kita ini tidak hanya sampai pada hitungan harian saja ada satuan waktu yang lebih kecil dari itu, yaitu "satuan Jam, menit dan detik".
Pada mulanya, ketika pengetahuan kami tentang jam masih amat sedikit , namun kami mulai mencoba mema­parkannya pada orang lain atau khu­susnya para ustadz dan para cendi­kiawan Muslim, beliau semuanya membantah, tanpa kami bisa jawab bantahaannya.
Subhanallah, ternyata konsepsi jam Islam itu sungguh jauh lebih baik dibanding jam konvensional. Tentang  jawaban bantahan, pertama, alat hi­tung penanggalan Islam itu sesung­guhnya tidak hanya menggunakan bu­lan saja, tapi juga matahari, sehingga sistemnya adalah sistem syamsiyah komariyah. Matahari untuk meng­hitung periode harian, bulan untuk periode bulanan.
Kedua, perihal dalil jam, ternyata dalil tentang jam itu ada, namun kita tidak sadar. Ketiga, bahwa jam itu murni teknologi. Tekhnologi pada dasarnya memang murni, tapi dia tidak lagi murni atau netral lagi jika sudah dimasuki konsepsi perhitungan waktu sebuah penanggalan, dan otomatis dia akan memiliki nama sesuai konsepsi penanggalan yang memasukinya.
Ketiga, adapun perihal Rasulullah saw tidak pernah memakai jam! Hal itu dikarenakan alat penghitung waktu jamnya yang pada saat itu belum ada.
   Kalau Rasulullah saw hidupnya pada zaman sekarang, tentulah Rasulullah saw. menggunakan jam juga.
Keempat, terakhir, tentang jam Islam akan mengacaukan kebiasaan yang sudah ada, sungguh kita harus beristighfar jika memiliki pemikiran seperti itu. Sebab apakah ia sebuah konsepsi yang datang dari Islam itu akan mengacaukan, dan akan menda­tangkan suatu keburukan? Tidak mung­kin!. Bahkan sebaliknya, kita harus meyakini bahwa pastilah akan banyak bermanfaat.
Keberadaan jam Islam akan men­jadi bukti bahwa Islam telah Allah tu­runkan dengan sempurna, serta ke­unggulan konsepsi jam Islam itu sendiri adalah bukti dari kebenaran sabda Rasulullah saw bahwa Islam itu tinggi, tidak ada yang melebihi ketinggiannya. Di kutip dari majalah sabili edisi Oktober 2010

STOCK TERSEDIA



JAM HIJRIYAH
PRODUKSI : FITRAH 1429 H

UK.BESAR 
DIAMETER DALAM 18 CM
BAHAN PLASTIK
MESIN NAGOYA STANDARD
HARGA Rp. 50.000,-


DAPATKAN HARGA KHUSUS UNTUK PEMBELIAN 10 UNIT JAM HIJRIYAH 

BAGAIMANA CARA MENETAPKAN SISTEM TATA-WAKTU ISLAM MENGGUNAKAN JAM HIJRIYAH/ISLAMIC CLOCK/SOLAR TIME?

APAKAH JAM HIJRIYAH  ITU?

Jam Hijriyah  merupakan Jam Matahari (Solar Clock Time), yakni suatu alat mekanik elektronis yang mewakili dan menjelaskan posisi matahari dalam gerak semu mengelilingi bumi dari timur ke barat dengan jarum jam sebagai tonggak petunjuk yang bergerak (khronometer).
Jam Hijriyah  merupakan wujud mekanik (simulasi mekanis) dari kronologi (sistem tata-waktu) Islam yang menetapkan saat terbenam matahari sebagai pangkal atau awal hari (jam 00.00.00).
Sejarahnya:
Jam Matahari Purba –yang sudah digunakan manusia sejak ribuan tahun di Mesir kuno dan hanya menggunakan tonggak penunjuk dan angka-angka– juga digunakan orang-orang muslim awal sebagai patokan dalam penentuan waktu-waktu ibadah mahdhah. Namun baru sebatas digunakan pada siang hari karena ketergantungannya pada sinar matahari langsung.

APA PERBEDAAN ANTARA JAM HIJRIYAH  DENGAN JAM STANDAR MASEHI (JAM BIASA)?

Ada 2 (dua) perbedaan prinsip yang sangat signifikan antara Jam Hijriyah  dengan Jam Masehi yaitu:
  1. Angka 12 (dua belas) pada Jam Hijriyah  berada di bawah, bukan di atas seperti pada Jam Masehi.
  2. Arah putar jarum Jam Hijriyah  berlawanan dengan arah putar jarum Jam Masehi. Biasanya arah putar Jam Masehi disebut Clockwise, dan arah putar Jam Hijriyah  disebut Counter Clockwise.
Tidak ada perbedaan prinsip lain yang pokok selain kedua perbedaan di atas. Kalau toh ada hanyalah sebagai variasi misalnya penulisan angka dengan menggunakan angka Hindi (atau angka Arab dalam bahasa kita).

Skema Jam Standar Masehi dan Jam Hijriyah


MENGAPA ANGKA 12 PADA JAM HIJRIYAH  BERADA DI BAWAH?

Pangkal hari atau awal hari (jam 00.00.00) menurut ajaran Islam adalah saat tenggelamnya matahari, bukan tengah malam sebagaimana menurut waktu Masehi (Jam Biasa). Di saat matahari tenggelam di arah barat itulah sebenarnya awal waktu umat Islam bagi hari tertentu. Sehingga apabila suatu sore jarum Jam Hijriyah  menunjukkan angka 12 (jam 00.00.00) yang berada di bawah, berarti menjelaskan posisi matahari yang sedang tenggelam ke bawah yang mengawali hari tertentu. Begitu pula kemudian 12 jam setelah itu, pada saat matahari terbit (jam 12.00), posisi matahari juga berada di bawah (arah timur) kemudian naik sedikit demi sedikit sampai puncaknya di titik kulminasi 6 (enam) jam kemudian (jam 06.00 siang atau 18.00) kemudian turun kembali menuju tenggelamnya, dst. Jadi jelasnya, posisi jarum Jam Hijriyah  merupakan petunjuk (simulasi) posisi matahari pada saat itu.

Contohnya:
Jarum pendek Jam Hijriyah  menunjukkan angka Arab 11 dan jarum panjang pada angka Arab 12 pada suatu sore, berarti posisi matahari pada saat itu 1 (satu) jam menjelang tenggelamnya (jam 00.00.00). Begitu pula misalnya pada suatu pagi menjelang siang, jarum pendek Jam Hijriyah  menunjukkan angka Arab di antara 2 (dua) dan 3 (tiga) dan jarum panjang pada angka Arab 6 (enam), berarti posisi matahari pada saat itu 2 ½ (dua setengah) jam setelah terbitnya, dst.
Skema jam Hijriyah

MENGAPA ARAH PUTAR JARUM JAM HIJRIYAH  BERLAWANAN DENGAN ARAH PUTAR JAM MASEHI (JAM BIASA)?
Sesuai dengan fithrah Allah dan sunnatullah, setiap benda yang berputar di alam raya kauniyah ini, berputar menyerupai arah perputaran ibadah Thawaf di Ka’bah (pusat putaran berada di sebelah kiri subyek yang berputar mengelilinginya). Sehingga arah putar jarum pada Jam Hijriyah  juga dibuat sesuai dengan ketetapan Allah (sunnatullah), yaitu seperti perputaran ibadah Thawaf tersebut.
Berbagai perputaran di alam yang menyerupai perputaran Thawaf tersebut antara lain:
-          Arah perputaran planet-planet mengelilingi matahari dan bulan atau satelit satelit alam mengelilingi planet-palnet (makrokosmos).
-          Arah perputaran elektron mengelilingi inti atom (mikrokosmos).
-          Arah putar pesawat luar angkasa atau roket saat keluar dan masuk atmosfir bumi.
-          Arah medan magnet dalam Hukum Faraday
-          Arah putaran dalam olahraga lari, balap sepeda, tonk stan, dsb.
-          Arah busur derajat, kuadran, dsb

Skema perputaran sesuai Thawaf


BAGAIMANA CARA MUDAH  (KIAT-KIAT) MEMAHAMI JAM HIJRIYAH?
Pada disain Jam Hijriyah , sengaja tetap kami sertakan angka-angka Romawi sesuai letaknya seperti pada Jam Masehi. Sehingga dalam satu alat tersebut sebenarnya terdapat 2 (dua) sistem jam/waktu yaitu Jam Hijriyah  dan Jam Masehi. Hal ini untuk memudahkan kita mengkonvesi langsung antara waktu Jam Hijriyah  dan Jam Masehi yang mempunyai selisih tepat 6 (enam) jam.
KIAT MUDAH MENGKONVERSI KE JAM MASEHI: Misalnya kita ingin tahu jam berapa saat tertentu menurut waktu Masehi pada Jam Hijriyah , maka kita harus melihat jarum pendek menunjukkan angka Romawi tertentu sedangkan jarum panjang kita anggap menunjuk ke angka Arab sebagai keterangan kelebihan atau kekurangan menitnya.
Contoh:
Jarum pendek Jam Hijriyah  menunjukkan angka Romawi 7 (tujuh) lebih sedikit dan jarum panjang menunjukkan angka Romawi 9 (sembilan), berarti itu menunjukkan jam 07.15 menurut Masehi, karena angka Romawi 9 (sembilan) di mana posisi jarum panjang berada berimpitan dengan angka Arab 3 (tiga) yang berarti lebih 15 menit. (Ingat: Angka 12 berada di bawah dan putaran berlawanan arah dengan Jam Masehi).

APA MANFAAT JAM HIJRIYAH?

  1. Jam Hijriyah , karena menggunakan sistem perputaran semu matahari mengelilingi bumi, menjadi sangat signifikan bagi umat Islam di seluruh dunia karena berhubungan erat dengan penetapan waktu-waktu ibadah mahdhah yang berpatokan pada posisi matahari di suatu tempat di muka bumi. Misalnya: Puasa diawali dari fajar sebelum terbit matahari, waktu shalat Dhuhur adalah saat lewat tengah hari, shalat Ashar setelah tergelincir matahari, buka puasa tepat saat tenggelam matahari, shalat maghrib setelah tenggelam matahari, dsb. Dengan melihat jarum jam pada Jam Hijriyah, kita bisa menerka kira-kira posisi matahari pada saat itu.
  2. Karena hari menurut Islam diawali pada saat tenggelam matahari, maka terdapat selisih 6 (enam) jam dengan penetapan hari menurut Masehi yang diawali pada saat tengah malam. Konsekuensinya akan terjadi perbedaan yang signifikan dalam menetapkan hari dalam sepekan (Senin sampai Ahad/Minggu) antara kalender Hijriyah  dan kalender Masehi. Selama ini, karena tidak hati-hati sering terjadi kerancuan dalam penetapan hari oleh umat Islam antara Hijriyah  dan Masehi, misalnya saat menentukan aqiqah hari ke-7 seorang anak, saat menentukan 40 hari, 100 hari atau 1000 hari seseorang yang telah meninggal, dsb. Misalnya seorang anak lahir pada hari Kamis jam 08.00 malam atau jam 20.00 menurut waktu Masehi, maka menurut waktu Hijriyah anak tersebut lahir pada hari Jum’at jam 02.00 (karena baru 2 jam setelah matahari tenggelam). Yang sering terjadi selama ini anak tersebut dianggap lahir hari Jum’at jam 08.00 malam atau 20.00 padahal ia baru lahir 2 (dua) jam yang lalu dan jam 08.00 malam atau 20.00 tersebut belum masuk hari Jum’at menurut Masehi.

MENGAPA JAM HIJRIYAH  PERLU DIBUDAYAKAN BAGI UMAT ISLAM?

Dengan menggunakan Jam Hijriyah , Insya Allah kita akan selalu mengingat bahwa Islam mempunyai aturan perhitungan waktu tersendiri yang sangat erat hubungannya dengan berbagai waktu ibadah umat Islam misalnya shalat fardhu, sahur dan buka puasa, penentuan aqiqah seorang anak, dsb. Hal ini berbeda dengan perhitungan waktu Masehi yang tidak ada kaitan langsung dengan waktu-waktu ibadah umat Islam.

Tabel perbandingan sistem tata-waktu Masehi dan Hijriyah

TAHUN MASEHI
TAHUN HIJRIYAH
Kelahiran Isa Al masih Hijrah Nabi SAW
BULAN MASEHI
BULAN HIJRIYAH
Januari Februari Muharram Syafar
Maret April Rabiul Ula Rabiuts Tsani
Mei Juni Jumadil Ula Jumadits Tsani
Juli Agustus Rajab Sya’ban
September Oktober Ramadhan Syawal
Nopember Desember Dzulqa’dah Dzulhijjah
HARI MASEHI
HARI ISLAM
Minggu Senin Ahad Senin
Selasa Rabu Selasa Rabu
Kamis Jum’at Kamis Jum’at
Sabtu
Sabtu
PERGANTIAN HARI:
PERGANTIAN HARI:
TENGAH MALAM
TENGGELAM MATAHARI
?
Pergantian Hari menurut Kalender Masehi
Setiap bulan ada hilal sebagai isyarat datangnya bulan baru
Pergantian Hari menurut Kalender Islam

KA’BAH UNIVERSAL TIME [KUT]; Reinventing the Missing Islamic Time System P

Judul“KA’BAH UNIVERSAL TIME [KUT]; Reinventing the Missing Islamic Time System”/WAKTU UNIVERSAL KA’BAH; Menemukan Kembali Sistem Tatawaktu Islam yang Hilang”
Penulis: Dr. Ir. Bambang E. Budhiyono, M.Sc
Penerbit: Pilar Press, Jakarta-Bogor-Bekasi
Cetakan: I – (Bekasi, 2002), (Bogor, 2002), II – (Jakarta, 2010)


Andaikan umat Islam tidak mengalami kemunduran dalam peradabannya, maka Sistem Tata-Waktu dunia Islam tidak seperti sekarang ini. Sebab, Islam memiliki Sistem Tata-Waktu sendiri yang sedikit atau banyak berbeda dengan Sistem Tata-Waktu Internasional (Greenwich Mean Time/GMT) yang sekarang berlaku. Banyak ayat Al Qur’an dan Hadits yang secara implisit memberi penjelasan tentang hal itu, namun banyak pula umat Islam yang tidak mampu menangkap makna sesungguhnya dari ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut.
Buku ini mencoba menjelaskan tentang dasar-dasar pemikiran atau filosofi dasar tentang Sistem Tata-Waktu menurut Islam yang selama tujuh abad belakangan ini terabaikan oleh umat Islam sendiri.
Juga, buku ini mencoba memberikan argumentasi ilmiah tentang keharusan umat Islam menerapkan Sistem Tata-Waktu Islam (Hijriyah) dalam kehidupan sehari-hari mereka karena hampir semua ibadah mahdhah umat Islam berhubungan erat dengan waktu (shalat, puasa, ibadah haji, Idul Fithri, Idul Adha, dsb).
Lebih penting lagi, buku ini juga membahas tentang penemuan-ulang sebuah “harta yang hilang dari ummat Islam” selama ini yaitu Jam Hijriyah atau Jam Fithrah yang merupakan Jam Matahari (Solar Clock Time). Jam ini akan lebih “cocok” digunakan oleh umat Islam dalam penetapan waktu-waktu ibadahnya (shalat wajib, buka puasa, dsb), karena merupakan simulasi posisi matahari sepanjang hari (24 jam). Lebih jelasnya, silakan membaca isi buku ini secara seksama.
Semoga buku ini menjadi ilmu yang bermanfaat yang pahalanya menjadi hak milik sang penulis. Amin.
, , , , , , , , ,

PRODUKSI FITRAH 1429 H

HARGA PER UNIT
  • UK. KECIL BULAT Rp. 40.000,-
  • UK. BESAR BULAT Rp. 50.000,- 
 STOCK TERSEDIA : 
  • UK. KECIL DIAMETER LUAR 20 CM
  • BAHAN PLASTIK
  • BENTUK BULAT DAPAT DIJADIKAN JAM MEJA
  • MESIN STANDARD NAGOYA 
  • TERSEDIA 2  DESIGN BAGROUND JAM


STOCK KOSONG





"DAPATKAN HARGA KHUSUS UNTUK PEMESANAN 10 UNIT"
 PEMESANAN HUBUNGI : 08811505760
                                             (021) 97874626 - 4722 
                                             (021)97874722             






GAGASAN mengganti sistem Greenwich Mean Time (GMT)

GAGASAN mengganti sistem Greenwich Mean Time (GMT) yang dipakai sebagai acuan tatawaktu dunia saat ini menjadi system Ka’bah Universal Time (KUT) mungkin aneh bagi sebagian orang. Tapi bagi penulis buku, Bambang E Budhiyono, doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyukai astronomi dan komputer ini, gagasan itu punya dalil-dalil ilmiah yang kuat, dan Al-Qur’an serta As-Sunnah untuk diterapkan secara luas di kalangan umat Islam dunia.

Apa saja dalil-dalil itu? Benarkah gagasan ini bukan sekadar transformasi linear pergeseran koordinat meridian 0° dari Kota Greenwich ke arah “kanan” (ke Ka‘bah di Kota Makkah) sejauh 40 satuan derajat (+40° Bujur Timur Greenwich) pada bidang proyeksi Mercator? Lalu betulkah selama ini ummat Islam di seluruh dunia sudah terkecoh dengan sistem yang keliru, sehingga perlu meñata-ulang jadwal waktu ibadah harian ummat Islam di Indonesia dan ummat Islam yang berkedudukan di wilayah di antara Masjid I-Haram (terletak di meridian 40º Bujur Timur/BT Greenwich) dan “Garis Tanggal Internasional” (International Date Line atau meridian 180º Greenwich). Buku ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Bermula dari suatu malam di bulan Jumadi l-Awal 1415 (Oktober 1994), penulis kedatangan dua sahabat, salah satunya bernama Harits Abu Ukasyah, dan membawa oleh-oleh berupa beberapa buah “jam dinding” dengan bingkai terbuat dari kayu pinus limbah petikemas barang-barang impor - yang konon merupakan hasil rekayasa-ulang (re-engineering) mereka - berikut buku petunjuknya (“Jam Hijriyah: Solar Time”) yang ditulis oleh Harits Abu Ukasyah sendiri.

Yang unik pada jam dinding itu adalah semua jarumnya berputar dari kanan ke kiri, kebalikan dari arah perputaran jarum-jarum jam yang lazim kita kenal. Orang lazim menyebut gerak berlawanan arah jarum jam sebagai (counter clockwise). Keunikan lain yang ada pada sistem khronometer tersebut adalah pukul 00:00:00 sebagai “awal hari” bukan dimulai dari “tengah malam,” melainkan dari “petang,” berimpit dengan pukul 18:00:00 pada jam biasa.

Dari pertemuan dan oleh-oleh jam Hijriyah itu kemudian terjadi diskusi. Meskipun menyadari bukan atronomer professional, penulis ketika itu mengaku sangat tertarik untuk mengkajinya. Layangan pikiran penulis ketika itu adalah bagaimana penjelasan kedua sahabat penulis itu dapat dijadikan hujjah (argumentasi) mengapa arah gerak bagi hal-hal yang baik harus dimulai dari kanan ke kiri (halaman 2). Selain itu, mereka pun mencoba membuka-buka berbagai kitab hadits, mencari kalau-kalau ada nash yang dapat pula dijadikan sebagai hujjah.

Arah perputaran jarum “Jam Fithrah” dari kanan ke kiri tersebut juga sesuai dengan Sunnah Rasul, yakni “mendahulukan yang kanan dari yang kiri” dalam mengerjakan setiap pekerjaan yang baik-baik, baik pekerjaan ibadah ukhrowi maupun pekerjaan duniawi, termasuk ber-Thawaf mengelilingi ka‘bah dalam rangkaian ibadah haji di Masjid l-Haram.

Oleh karena itu, “Jam Fithrah” dapat juga disebut “Jam Thawaf. Dalam urusan syari’ah, selain dalam ibadah Thawaf -yang arah putarannya dari kanan ke kiri (dilihat dari atas ke bawah atau dari posisi orang yang sedang ber-Thawaf), menolehkan wajah ke kanan terlebih dahulu daripada menoleh ke kiri juga wajib dalam pengucapan dua kalimat salam sebagai akhir ibadah shalat. Rasulullãh saw.

Dari kedua alasan tadi, nampaknya yang selama ini lazim kita sebut sebagai “clockwise” (searah jarum jam) sebenarnya lebih tepat kita sebut “counter naturalwise” (bertentangan dengan arah gerak alamiah); sedangkan yang lazim kita sebut sebagai “counter clock-wise” (kebalikan arah jarum jam) justeru lebih tepat disebut “natural-wise” atau “Fithrahwise” (searah dengan gerak alami atau searah dengan gerak Fithrah).

Menurut penulis, ummat Islam sebenarnya telah memiliki sistem tata - waktu sendiri, yakni sistem almanak qamariyah-syamsiyah (lunar and solar systems), yang ternyata tidak terlalu banyak dipahami oleh ummat Islam sendiri. Bagi ummat Islam, sistem almanak qamariyahsyamsiyah mengatur antara lain mengenai jumlah hari dalam setahun, mengapa 12 bulan dalam setahun, dan satu minggu (week) yang terdiri atas tujuh hari, yang semuanya bukan karya manusia atau hasil rekayasa, hasil perhitungan matematis-astronomis melainkan juga ketetapan Allãh yang Maha Memiliki Ilmu, yang dapat pula Anda temui di dalam Al-Qur’an.

Dijelaskan, ummat Islam di seluruh dunia mengakui keabsahan dan ketetapan (validity and applicability) sistem almanak syamsiyah yang membagi waktu satu tahun 365 hari, bukan karena penerapan tata waktu syamsiyah murni yang digunakan sebagai dasar bagi sistem almanak Grogorian atau almanak Masehi sejak 4 Oktober 1582, tapi karena hal itu memang ditemui di dalam Al-Qur’an.

Buku ini terdiri dari empat bab. Pada Bab I, penulis menjelaskan sekitar awal munculnya gagasan KUT. Bab II membahas tentang konsepsi KUT, paradigma keterkecohan dan kembali kepada Kitabullah. Bab III mengupas awal hari bagi umat Islam meliputi sistem almanak Masehi dan sistem almanak Hijriah, mu’jizat Falaqiyah dan Imsyakiyah di balik peristiwa Hijrah. Lalu pada Bab IV dijelaskan soal penampakan hilal terbaik dan penetapan.

Pandangan yang aneh itu, diakui penulis, pada bagian Pengantar, ketika mengisahkan tanggapan seorang cendikiawan muslim dari ITB, yang menyebut konsepsi Ka’bah Universal Time atau Ka’bah Meridian System” yang digagasnya sebagai “sekadar transformasi linear”. Menurut professor itu, hanya sekadar pergeseran linear ‘awal hari’ dari meridian 180° Greenwich ke Meridian Nol Ka’bah atau pergeseran linear Meridian Nol Greenwich ke Meridian Nol Ka’bah.

Namun, tegas penulis, KUT ini bukanlah sekadar “transformasi linear” penggeseran koordinat meridian 0° dari kota Greenwich ke arah “kanan” (ke Ka‘bah di Kota Mekkah) sejauh 40 satuan derajat (+40° Bujur Timur Greenwich) pada bidang proyeksi Mercator. Justru konsepsiini pada hakikatnya adalah “transformasi hati dan pikiran” Ummat Islam dari “ketersesatan” dan “keterkecohan” untuk kembali kepada “fithrah”: Al-Qur’an dan As-Sunnah; agar disempurnakan ni‘matNya atas umat Islam dan agar umat Islam selalu mendapat petunjuk-Nya
Red: taufik rachman

Getting Started Guide

Getting Started Guide